Minggu, 03 April 2016

Budaya Batik yang dikemas lebih Modern


Mempertahankan Budaya Batik Yang Dikemas Lebih Modern
(Dokumen Pribadi)
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia yang sampai sekarang masih ada dan masih eksis di Tanah Air. Bukan hanya di Indonesia saja, batik bahkan terkenal sampai ke belahan dunia lain dan telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu warisan dunia pada 2 Oktober 2009 lalu. Batik semakin dikenal masyarakat luas melalui berbagai ajang pameran, festival, dan fashion show batik. Sebagai busana warisan leluhur, kita perlu bangga ketika batik yang berasal dari seni tradisi berkembang menjadi seni internasional dan tak jarang beberapa tokoh terkemuka dan masyarakat. Negara Asing memakai batik. Selain motifnya yang indah terdapat nilai-nilai luhur di dalamnya sehingga menjadi salah satu fenomena kesenian. Femomena tersebut dilihat berdasarkan sudut pandang sosio-kultural yang kemudian diamati bukan hanya nilai etisnya saja melainkan dipahami sebagai bagian dari suatu realitas sosiokultural (Kayam, 2000: 14).
            Batik merupakan salah satu kesenian yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Jawa. Batik merupakan salah satu cara pembuatan pakaian atau busana dengan motif-motif tertentu dan menggunakan malam (sejenis lilin) untuk mencegah warna masuk pada sebagian serat kain. Teknik sejenis batik juga diterapkan oleh bangsa lain, yakni pada masa Dinasti T’ang di Cina, dan bangsa lain seperti India dan Jepang.
            Di Indonesia batik telah ada sejak zaman Majapahit dan sangat populer pada akhir abad ke-8. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa teknik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilanka pada abad ke-6 atau ke-7. Tapi disamping itu, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (arkeolog Indonesia) percaya bahwa batik adalah kebudayaan asli daerah seperti Toraja, Floress, Halmahera, dan Papua yang diketahui memiliki tradisi kuna membuat batik (Prasetyo, 2010: 2).
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi baagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama, dan masih ada sampai saat ini. Batik pertama kali diperkenalkan pada dunia oleh Presiden Soeharto, pada acara Konverensi PBB. Walaupun kata batik berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik juga dikenalkan oleh R. A Kartini dan suaminya. Motif yang dikenakan adalah motif parang yang dipakai untuk kaum bangsawan (Prasetyo, Anindito, 2010: 1-5).
Didalam even Solo Batik Carnival ini bukan termasuk budaya batik, melainkan ajang pengenalan batik kepada masyarakat dengan batik yang dikemas lebih modern dalam upaya mempertahankan budaya Batik. Untuk batik sendiri termasuk budaya batik di Indonesia, tetapi berbeda dengan even Solo Batik Carnival. Even Solo Batik Carnival ini, sebuah even tahunan yang diadakan pemerintah kota surakarta. Dalam even ini, peserta menggunakan batik yang dikemas sendiri untuk dijadikan kostum yang digunakan sesuai tema, SBC setiap tahun juga mempunyai tema berbeda, jadi dalam pembuatan kostum batik tentunya berbeda-beda dari kekreativitasan pembuatnya.


Karnaval Batik Solo atau Solo Batik Carnival (SBC) adalah sebuah even tahunan yang diadakan oleh pemerintah kota Surakarta  dengan menggunakan  batik sebagai bahan utama pembuatan kostum. Para peserta karnaval akan membuat kostum karnaval dengan tema-tema yang di tentukan. Para peserta akan mengenakan kostumnya sendiri dan berjalan di atas catwalk yang berada di jalan Slamet Riyadi.
Karnaval Batik Solo yang pertama ini dihelat pada tanggal 13 April 2008 dan menyusuri jalan Slamet riyadi mulai dari Purwosari hingga ke Balai Kota Solo. . Bahan pakaian batik yang digunakan tak hanya kain, namun juga terpal, jaring, kertas karton, keping CD, gelas plastik, balon tiup, hingga bulu ayam. Dengan iringan musik, para model dadakan yang mengenakan kostum bertema wayang dan berwarna hitam, merah, hijau, dan putih ini menari dan melakukan berbagai gerakan atraktif sepanjang rute sejauh 4,2 km, menuju Balaikota Solo. Malam sebelumnya, diadakan Royal Dinner di Pura Mangkunegaran. Ratusan tamu undangan disuguhi pergelaran fashion para peserta karnaval ini sebagai ‘pemanasan’. Pagi harinya digelar Srawung Batik yang menampilkan batik, kerajinan tangan dan kekayaan kuliner Solo. Pameran ini diikuti 70 stand, mengambil lokasi dari dekat Dalem Wuryaningratan hingga Solo Center Point.


Daftar Pustaka
Prasetyo, Anindito. Batik Karya Agung Warisan Budaya Dunia. Yogyakarta: Pura Pustaka
Kayam, Umar. 2000. Ketika Orang Jawa Nyeni. Yogyakarta: Galang Press.
Sumber Wawancara : Dewi Anjany (kontestan peserta Solo Batik Karnival)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar